Langit kelabu dan dedaunan yang memerah atau menguning, angin
bertiup menyapa dedaunan yang berjatuhan satu demi satu ke jalan-jalan kota Itulah suasana khas musim gugur kota
Berlin, kota terbesar ke dua di Uni Eropa dan kota terbesar Jerman. Aksi mobil petugas kebersihan
penyapu daun, hilir mudik membersihkan daun-daun yang menutupi jalan-jalan di
kota. Membersihkan daun-daun yang gugur menjadi suatu perjuangan para petugan
dinas kebersihan. Daun pohon semacam Oak atau Maple akan terus berguguran
sampai pohon tidak akan menyisakan daun lagi di musim dingin nanti. Sampai saat
itulah petugas dinas kebersihan setempat akan dengan senang hati membersihkan ribuan daun yang berguguran.
Pertengahan Oktober 2005 di Berlin, udara musim gugur sangat
sejuk bahkan bisa dikatakan dingin karena musim gugur merupakan peralihan ke
musim dingin pada November akhir, karena temperature pada musim gugur di sana
bisa sampai empat derajat Celcius. Langit, bumi, ikan di lautan, manusia yang
berjalan, burung yang terbang dengan sayapnya, daun yang berguguran, salju yang
terhampar merupakan ciptaan sang Illahi,
mahakarya pencipta langit dan bumi yang tak akan ada yang bisa menandingi
sampai kapanpun.
Herbest[1]
kali ini bertepatan dengan bulan
penuh berkah, bulan dimana pintu neraka ditutup dan pintu syurga di buka seluas
luasnya. Ramadhan, itulah bulan yang ditunggu oleh muslim seluruh dunia, bulan
dimana pahala dilipat gandakan, bulan dimana terdapat banyak kemuliaan
didalamnya.
Kring…
kring….
Bunyi
jam weker yang memekakan telinga, tidak selamanya serta merta dapat langsung
membangunkan si empunya. Aryo Winanto, merupakan mahasiswa di salah satu
universitas paling tua dan ternama di Berlin. Hari – harinya selalu ia habiskan
untuk bersenang senang, sangat bertolak belakang dengan tugas sebenarnya yaitu
belajar karena ia merupakan mahasiswa, biaya sekolah yang ia dapat dari
beasiswa anak berprestasi sewaktu disekolahnya tak ia manfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Kewajibannya untuk beribadahpun sudah ia tinggalkan semenjak
lima bulan dari pertama kali ia menginjakkan kaki di Berlin, ia terjerumus
kedalam pergaulan yang tidak baik.
“Sudah
jam enam pagi, ah bosannya. Harusnya aku bisa tidur lebih lama lagi” ucap Aryo
sambil menengok jam weker di meja.
Serta merta ia langsung bangun dari tempat tidurnya,
memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas lusuhnya berwarna biru, yang banyak
pin ia sematkan di tas lusuhnya itu. Sarapan seadanya, tak lupa ia mengenakan
jaket, juga topi, karena suhu diluar rumah sudah mulai dingin. Lalu ia keluar
dari rumah yang tidak terlalu besar, yang ia sewa dari hasil kerja partimenya
di restoran italia. Ia mengambil sepeda favoritnya yang berwarna hitam itu.
Selesai kuliah ia sempatkan dahulu pergi keperpustakaan
kampus yang sangat megah dan indah, dimana rak - rak buku raksasa berbahan
dasar kayu yang sangat kuat bejajar dengan tersusun rapih. Ia mengambil tiga
buku tentang Manajemen Pemasaran.
“Andaikan perpustakaan ini sepi, pasti aku
akan betah duduk-duduk disini atau bahkan tidur disini ha ha ha” bisik Aryo
dalam hati, sambil berlalu meninggalkan perpustakaan nan megah itu. Ia
berjalan, mencari tempat duduk kosong di taman kampus, yaitu tempat dimana
melihat daun-daun yang berguguran dari pohon pohon di sekitar taman kampus sangatlah
indah menurutnya. Sambil menikmati angin semilir yang menerbangkan daun-daun,
ia mulai membuka satu persatu halaman buku yang ia pinjam di perpustakaan
kampus.
“Assalamu’alaikum”
Aryo
tak mendengar salam itu, bahkan ia tak mempedulikannya walaupun ia
mendengarnya.
“Assalamu’alaikum.
Aryo Winanto”
“
Eh kamu Adi, tumben ni kita bertemu haha” jawab Aryo sambil tersenyum
terpaksa, karena ia merasa Adi Rossikuna temannya sewaktu Sekolah Menengah
Atas di Indonesia itu membuat kefokusannya dalam membaca buku menjadi hilang.
“ko
ga dijawab salamku Yo, kau tidak lupa kan, akan ajaran agama kita”
”wa’alaikum
salam. Tidak ko di, aku tidak lupa” jawab Aryo dengan gugup, dan bertanya
kedalam hati, sudah berapa lama aku tidak mengucapkan kata- kata itu.
“
Gimana Yo puasa pertama hari ini, lancar kan?”
“Apah,
hah ?
“Puasa
Yo, kamu puasa kan hari ini, hari ini kan hari pertama, atau jangan jangan kamu
lupa ya” ucap Adi sambil tesenyum kepada sahabat lamanya itu.
“Oh
puasa, yaiyalah aku puasa he.. he” jawab Aryo sambil tersentak sekali lagi oleh
pertanyaan Adi.
“Alhamdulillah,
ternyata sahabatku ini masih sahabatku yang dulu yang rajin beribadah. ya Yo,
aku duluan ya, aku mau ke masjid Sehitlik ada kajian dan buka puasa bersama.
Oiya Yo kamu mau ikut ?”
“Aku
masih ada tugas bikin makalah Di, nanti-nanti deh aku kesana ”
Adi
tersenyum sambil berlalu pergi berjalan meninggalkan Aryo yang tengah tersentak
oleh pertanyaan-pertanyaan Adi.
“Ah
biarlah si Adi dengan kehidupannya, tak perlu kupikirkan omongannya itu”
Aryo tiba di klub malam bersama teman-temannya. Seperti
biasanya tiga kali seminggu ia pergi ke klub malam bersama teman-temannya,
menurutnya itu sangat menyenangkan, mumpung masih muda, itulah prinsipnya
sekarang. Udara dingin diluar membuatnya semakin bersemangat untuk minum bir,
karena dapat menghangatkan tubuhnya. Lampu gemerlapan, music bergema di seluruh
ruangan klub malam itu, para muda mudi asyik berjoget mengikuti alunan irama
sang disk jokey itu.
“Guten abend[2],
Aryo” ucap Jansen, sambil bersalaman dengan Aryo
“Guten
abend, Jansen. Apa kabar kau, sudah lama tidak minum minum bersama kami disini”
“Ah,
aku sedang mengurus rumahku yang baru,Yo”
Mereka
langsung bersama sama terjun ke lantai dansa ditemani wanita-wanita penghibur,
melewati malam, melupakan dunia dan sang pencipta.
pagi hari dipenghujung bulan Oktober, Rintik hujan membasahi
kota Berlin, warga yang berlalu lalang, tetap beraktivitas tanpa terhalang,
meskipun suhu otomatis bertambah dingin. Aryo berjalan jalan pagi di sekitar Prenzlauer Berg. Ketika air hujan jatuh
perlahan, Aryo meneduh dsan memilih kafe di sekitar area jalan Prenzlauer Berg.
Ia memesan secangkir susu dan roti khas jerman. Ia memandang jauh keluar
ruangan kafe, yaitu badan jalan Prenzlauer Berg, disana ada pohon penyimpan
buku yang merupakan Progam yang disebut sebagia Forest Books oleh BauFachFrau
adalah bagian dari Klub Book Crossing yang menyediakan buku gratis untuk publik di seluruh dunia.
Warga sekitar sana diperbolehkan untuk meninggalkan buku yang mereka sukai, atau mengambil satu dari koleksi buku yang tersimpan di batang pohon. Ketika rintik hujan mulai tidak
jath lagi di kota Berlin, Aryo menuju ke pohon buku itu, ketika ia sedang
mencari cari buku yang menarik, tiba-tiba ada buku tentang islam disana.
Walaupun aryo enggan mengambilnya, tapi hati kecilnya mendorong untuk membaca
buku itu. Ada banyak bab dibuku itu yang membahas tentang islam. Lalu ketika ia
membolak balik halaman, ia dihadapka pada bab berpuasa di buku itu. ia
membaca firman Allah yaitu surah Al Baqarah ayat 183:
“Hai
orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Serta merta Aryo ingat pertemuannya dengan Adi
kemarin, ia ingat bahwa saat ini Ramadhan tengah datang. Ia ingat akan bulan
puasa sewaktu di Indonesia dahulu. Ia dan keluarganya selalu berbuka puasa
bersama , walaupun dengan kesederhanaan, tiba-tiba ia mengingat wajah ibunya
yang sangat tenang dan penuh kasih, ia ingat pesan ibunya”Yo dimanapun kamu,
sebagai apapun kamu, jangan pernah meninggalkan shalat, jika bulan ramadhan
tiba kamu harus puasa ya le, jangan lupa sedekah le berapapun itu,akan sangat
berarti dihadapan Allah jika niatmu tulus le”
Tak terasa air mata Aryo jatuh membasahi pipinya,
entah mengapa ia baru ingat akan semua itu, ia baru ingat siapa dirinya, dan
sedang apa ia di Berlin sekarang. Sepanjang jalan aryo terus mengingat ingat
memori yang telah lama ia lupakan.
Malam hari, Aryo berjalan jalan ingin melihat
festival yang diadakan setiap bulan oktober di Berlin, yaitu festival bir. Aryo
diajak oleh teman-temannya untuk dating ke festival itu, riuh suara warga yang
bergembira yang ikut serta dalam festival itu. sambil membawa tas laptop dan
mendengarkan music menggunakan headset, ia terus berjalan melewati
kereumunanpara warga yang sedang bergembira. Ia berjalana menepi ketempat yang
cukup sepi untuk menunggu teman-temannya dahulu.
Ketika ia menunggu sendirian..
Buuuukk…..
Aryo jatuh tak sadarkan diri, di bawak pohon oak
disudut jalan yang sepi. Ia ditusuk oleh perampok, laptop, handphone sirna.
Selama tiga puluh menit ia terkulai lemas, tak ada yang sadar akan keadaannya.
Aryo merasa ini ahir hidupnya. Kenangan sewaktu bersama keluarga di Indonesia,
besama Adha kawan lamanya it terus berputar dalam fikirannya, air matanya jatuh,
seiring dengan kondisinya yang semakin melemah.”Ya Allah maafkan aku” lirih
hampir tak terdengar ia mengucapkan
kata-kata itu, lalu ia pingsan tak sadarka diri
Dua hari ia pingsan, karena keterlambatan
penanganan dan kondisinya yang sangat lemah.
“Aku dimana ini?”ucap Aryo pelan.
“Aryo.. subhanallah kamu sudah siuman,
Alhamdulillah ”
“Adi, sedang apa kau disini, mengapa aku dirumah
sakit”
“ Dua hari yang lalu, kau di temukan di jalan dekat
festival, keadaanmu lemah karena engkau ditusuk oleh pencuri” sambil memegang
tangan Aryo, adi bercerita dengan sangat pelan.
“Terimakasih Adi, kau telah menolongku. Maafkan
atas sikapku selama ini. Adi, apakah teman-temanku dikampus ada yang
menjengukku?”
“Belum ada Yo, mungkin mereka masih sibuk , tapi
keadaanmu sudah kuberitahukan kepada mereka. Sudah Yo, kamu istirahat dahulu
ya, kondisimu masih lemah” Adi memberi pengertian kepada sahabatnya itu.
Aryo mengiyakan, ia berpura-pura tidur, ketika
sahabatnya itu keluar dari kamarnya, ia meneteskan air mata, sehingga bantalnya
terdapat resapan dari airmatanya.
Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an
yang sangat indah dan membuatnya damai, samar-samar terdengar ditelinganya,
pelan-pelan ia mencoba membuka matanya. Ia dapati Adi, sahabatnya itu tengah
membaca Al-Qur’an sambil menetes air matanya, ia terharu dan ikut terhenyenyuk
melihat shabatnya.
“selama ini aku buta, padahal kau adalah sahabat terbaikku
Adi”
Akhirnya isakan tangis Aryo terdengar oleh Adi,
lalu Adi menoleh.
“Aryo kau sudah bangun ya, sepertinya kau tampak
lebih sehat hari ini, ayo sarapan, suster tadi sudah membawakan jatah
sarapanmu”
“Adi, darimana kau dapatkan uang untuk membayar
rumah sakit ini?”
“tak usah kau fikirkan Yo, aku ada uang dari hasil
tabunganku selama menjadi asisten dosen Yo”
“Adi,
maafkan aku dan terimakasih atas semuanya, kamu masih maumenganggapku saudara,
padahal kau tahu, bagaimana kehidupanku disini”
“Yo, kamu jangan seperti itu. aku ini sahabatmu,
kan semua muslim itu bersaudara, ingatkah kau akan kata-kata ukhuwah yang dulu
sering kita ucapkan, kau tentu masih ingat ukhuwah itu memberi bukan terus
meminta, ukhuwah itu saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran”
Mendengar hal itu Aryo langsung memeluk sahabatnya
itu, derai airmata terus mengaliri pipi Aryo
Sore
hari di Berlin Aryo sangat gembira, hari itu ia keluar dari rumah sakit,
walaupun masih aga nyeri di daerha bekas tusukan itu disematkan sang pencuri.
Ketika sampai dirumah, ia langsung merebahkan badannya di kasur kesayangannya,
tapi ia ingin menata dulu kamarnya yang begitu berantakan, yang hanya
sekali-sekali saja ia rapihkan.
Ketika
ia membongkar laci mejanya, untuk merapihkan buku-buku yang berserakan, ia
menemukan buku kecil pemberian ibunya, sebelum ia berangkan ke Jerman untu
melanjutkan studi S1 nya. Ia menemukan secarik kertas surat dari ibunya, yang
pernah ia baca dulu waktu pertama ia sampai di Jerman.
Untuk anakku tersayang, Aryo
Assalamu’alaikum nak, semoga kau
sehat wal afiat disana
Ibu sngat bangga mempunyai anak
sepertimu
Yang shaleh, pandai, dan selalu
sayang kepada keluarga
Nak, ibu tentu tak dsapat selalu
menjagamu
Namu satu hal yang harus kau ingat
Ada ALLAH yang selalu menjagamu
Datanglah padanya nak
Dikala senang dan susah
Allah adalah Maha Rahman dan Maha
Rahim
Jika kau melakukan kesalahan,
segeralah kau memohon ampun
Nak dimanapun engkau, jangan lupakan
shalat nak
Selalu rutinkan shalat tahajud,
puasa senin kamis, dan puasa ramadhan.
Jangan lupa nak, bersedekahlah
Semoga ALLAH selalu melindungi anak
ibu yang hebat ini
Semoga ALLAH selalu menjagamu
dalam kehangatan cintaNya dan Terang
cahayaNya
salam sayang dan rindu untuk anakku
tercinta
Ibu
yang selalalu mendoakanmu
Aryo
menangis sejadi-jadinya. Ia langsung memohon ampun kepada Allah, atas semua
kesalahannya yang pernah ia perbuat, ia menyesal akan perbuatannya. Ketika itu
ada yang mengetuk pintu rumah Aryo.
Tok..
tok.. tok..
“Assalamu’alaikum,
Aryo”
Mendengar
pintu rumahnya di ketuk, lalu aryo berdiri, sambilmenyeka sisa-sisa air
matanya.
“Wa’alaikum
Salam, Adi” sambil membuka pintu.
“Gimana
keadaanmu Yo, ni aku membawa bubur kesukaanmu”
“Alhamdulillah
baik di, terimakasih ini kau masih ingat saja makanan kesukaanku, tapi besok
kau tak usah membawakannya lagi ya”
“mengapa?
Kau tidak suka Yo”
“Adi,
besok aku mau puasa. Meskipun tinggal sepuluh hari lagi, tapi mudah-mudahan
belum terlambat taubatku ini”
“Subhanallah
Walhamdulillah, Aryo. Tak ada kata terlmabat Yo, sebelum malaikat Izrail datang
menjemptmu” Adi lalu memeluk sahabatnya dengan haru.
Hujan mengguyur kota Berlin di siang hari, langit menjadi
kelabu, tapi sebaliknya hati Aryo sedang hangat oleh cahaya iman sang Illahi,
sepanjang jalan Aryo selalu bershalawat, berajalan menuju stasiun Berlin
Hauptbahnhof, yaitu yang berarti stasiun utama di berlin yang sudah dibangun
sejak tahun 1868. Lokasinya berada ditengah kota berlin. Stasiun ini hanya
dipisahkan sungai sepree dari gedung DPR dan kanselir Jerman. Ia dan Adi hari ini berjanji untuk pergi ke
Masjid Sehitlik, tapi mereka berdoua ingin mengunjungi salah satu saudara Adi,
dan transportasi untuk menuju kesana menggunakan kereta.
Didalam kereta, mereka bersenda gurau,
mengingat kenangan masa lalu mereka. Tak lupa pula Adi bercerita tentang
perang badar yang terjadi pada saat ramadhan, untuk menyemangati sahabatnya,
agar tetap istiqomah seperti pasukan perang badar yang tetap berpuasa selama
berperang. Tak lupa pula Adi mengingatkan Aryo agar shalat tepat waktu dan
selalu membaca Al-Qur’an.
Malam takbiran di Negara muslim terbesar di Eropa barat,
yaitu jerman tentu berbeda ketika di Indonesia. Tidak ada kembang api
arak-arakan pawai obor keliling juga ketupat sayur buatan ibu. Aryo diajak sahabatnya
yaitu Adi untuk bermalam takbiran di Islamic Center, Jerman. Ia sangat
antusias dengan ajakan Adi. Ia menyiapkan uang tabungannnya untuk ikut
diberikan kepada anak-anak para TKI disana. Aryo menjadi pribadi yang berbeda
sejak kejadian malam penusukan itu, ia menjadi pribadi yang seperti dulu, yang
shaleh dan bersahaja. Ia selalu berdoa agar keluarga, juga semua sahabatnya
mendapat curahan cahaya iman dari sang Maha Rahman.
~selesai~